Kamis, 14 Juni 2012


Kelompok
1.Abdul Wahab
2.Jajang Sopandi
3.Bu Entin
4. Bu Nani
5. Lukman


Pak Sopyan
alasan saya perlu mempelajari Bahasa Indonesia (BI) :1)BI sebagai bahasa negara;2.)pemakaian BI makin meluas dan menyangkut beragam bidang kehidupan. sebagaimana terulis diatas berbagai informasi dari seantero dunia yang kita dapatkan melalui internet, antara lain ditulis dalam bahasa Indonesia. Kita mendengarkan radio dan menonton televisi menyiarkan berita tentang bermacam peristiwa kehidupan bangsa, juga dalam bahasa Indonesia. Kita mendengarkan pidato kenegaraan, disampaikan pula dalam bahasa Indonesia. Beraneka ragam buku dan media cetak lainnya, sebagian besar juga ditulis dalam bahasa Indonesia. Begitu pula dengan bahasa pengantar di semua lembaga pendidikan dan dalam berbagai komunikasi resmi di negara kita, juga mempergunakan bahasa Indonesia.








NO
TERTULIS
SEHARUSNYA
DASAR
1
alasan
Alasan
Pedoman EYD Bab II Pasal A ayat 1
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.
2
BI
B. Indonesia
Pedoman EYD  Bab III Pasal I
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang
lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan
keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia
yang lazim.
3
sebagaimana
Sebagaimana
Pedoman EYD Bab II Pasal A Ayat 1
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat



                                                                                                                     
Assalamu 'alaikum.
Bu Isna,setelah saya membaca tulisan ibu diatas, maka semakin terbuka wawasan saya mengenai pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Semoga saya dapat menerapkannya dalam komunikasi sehari - hari,karena saya sadar bahwa tujuan komunikasi akan tercapai jika bahasa yang kita gunakan dapat dimengerti oleh lawan bicara kita.
Terima kasih ibu,dan saya mohon izin untuk mengambil tulisan ibu sebagai bahan dalam pembelajaran saya.
(Imas Rini Minarni,Prodi Bahasa Arab DEPAG)


NO
TERTULIS
SEHARUSNYA
DASAR
1
Terima kasih ibu
Terima kasih Ibu
Pedoman EYD Bab II Pasal A Ayat 14
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan

Assalamu`alaikum. Wr. Wb.
Bu saya Neng Ani Johariyah
Setelah membaca tulisan ibu, alhamdulillah saya jadi mengetahui betapa pentingnya mempelajari Bahasa Indonesia. yang merupakan bahasa Nasional, dimana kita sebagai pengguna/ pemakai bahasa sudah tentu harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. dan saya ingin tahu apakah perbedaan mewicara dan berbicara ?
terimakasih bu.


NO
TERTULIS
SEHARUSNYA
DASAR
1
Indonesia.yang
Indonesia yang
Pedoman EYD Bab V pasal A ayat 1
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
2
benar. dan
benar. Dan
Pedoman EYD Bab II Pasal A Ayat 1
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat
3
terimakasih
Terima kasih
Pedoman EYD bab III Pasal D Ayat 1
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
4
terimakasih ibu
Terima kasih
Pedoman EYD Bab II Pasal A Ayat 1
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat
5
bu
Bu
Pedoman EYD Bab II Pasal A Ayat 14
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan

Rabu, 09 Mei 2012


·     
KESADARAN BERBAHASA

                     Banyak pemakai Bahasa Indonesia yang tidak berbahasa Indonesia dengan baik. Di antara siswa SMP, SMA, mahasiswa, bahkan guru. Mereka berbahasa seenaknya dan tidak mampu berbahasa Indonesia dengan tertib dalam situasi resmi. Hal ini diakibatkan karena komunikan menginginkan kemudahan dalam memilih kalimat yang digunakan. Tetapi kalimat tersebut tanpa disadari menimbulkan arti berbeda, kesalahan penggunaan kata dalam bahasa lisan maupun tulisan akan berakibat fatal bagi makna yang terkandung apalagi penghilangan beberapa kata dalam suatu ungkapan dan kalimat tertentu secara langsung akan menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca dan pendengar. Oleh karena itu, kita wajib meneropong kesadaran manusia itu terarah dan terbina. Apa yang dimaksud dengan kesadaran berbahasa?     

       Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, (baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontrak sosial. Bahasa muncul dari ujaran orang seorang. Bahasa merupakan hasil aktivitas manusia. Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena bahasa diterjemahkan sebagai refleksi rasa, pikiran dan tingkah laku. Adakalanya seorang  yang  pandai dan penuh dengan ide-ide cemerlang harus terhenti hanya karena dia tidak bisa menyampaikan idenya dalam bahasa yang baik. Oleh karena itu seluruh ide, usulan, dan semua hasil karya pikiran tidak akan diketahui dan dievaluasi orang lain bila tidak dituangkannya dalam bahasa yang baik.

   Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kesadaran pada dasarnya berasal dari kata “sadar” yang berarti  "insaf", "merasa", "tahu" dan "mengerti". Sedangkan “kesadaran” diartikan sebagai "keinsyafan" atau "keadaan mengerti" dan "merupakan hal yang dirasakan atau dialami seseorang". Secara umum kesadaran merupakan suatu keinsyafan dalam diri manusia dan menjadi dasar untuk merefleksikan sesuatu. "Berbahasa" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah "menggunakan bahasa". Berbahasa tidak hanya berarti menyusun kata-kata, lebih dari itu menurut Garvin dan Mathiot, yang dikutip oleh Sumarsono dan Partana, (2002:364), di dalam berbahasa terdapat sikap bahasa yang setidaknya mengandung tiga ciri pokok yaitu

1.       language loyalty (kesetiaan bahasa) yang mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh bahasa lain. 

2.       language pride (kebanggaan berbahasa) yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat.

3.       wareness of the norm (kesadaran akan norma bahasa) yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu kegiatan menggunakan bahasa (language use).


          Ketiga ciri tersebut merupakan sikap positif terhadap kesadaran berbahasa. Sikap positif yaitu sikap antusiasme terhadap penggunaan bahasanya (bahasa yang digunakan oleh kelompoknya atau masyarakat tutur dimana dia berada). Sebaliknya jika ciri-ciri itu sudah menghilang atau melemah dari diri seseorang atau dari diri sekelompok orang anggota masyarakat tutur, maka berarti sikap negatif terhadap suatu bahasa telah melanda diri atau kelompok orang itu. Ketiadaan gairah atau dorongan untuk mempertahankan kemandirian bahasanya merupakan salah satu penanda sikap negatif, bahwa kesetiaan bahasanya mulai melemah, yang bisa berlanjut menjadi hilang sama sekali.
          Menurut Dr. Mansoer Pateda, yang dimaksud kesadaran berbahasa ialah sikap seseorang baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama bertanggung jawab sehingga menimbulkan rasa memiliki suatu bahasa dan dengan demikian ia berkemauan untuk ikut membina dan mengembangkan bahasa itu. (Sosiolinguistik, 1990: 26). Ciri-ciri orang yang bertanggung jawab terhadap suatu bahasa dan pemakaian bahasa adalah :

Ø  Selalu berhati-hati menggunakan bahasa;

Ø  Tidak merasa senang melihat orang yang mempergunakan bahasa secara sembarangan;

Ø  Memperingatkan pemakai bahasa kalau ternyata ia membuat kekeliruan;

Ø  Tertarik perhatiannya kalau orang menjelaskan hal yang berhubungan dengan bahasa;

Ø  Dapat mengoreksi pemakaian bahasa orang lain;

Ø  Berusaha menambah pengetahuan tentang bahasa tersebut;

Ø  Bertanya kepada ahlinya kalau menghadapi persoalan bahasa.

Ciri-ciri orang yang memiliki kesadaran berbahasa, diantaranya :

Ø  Sikap terhadap bahasa dan berbahasa

Ø  Tanggung jawab bahasa dan berbahasa

Ø  Rasa ikut memiliki bahasa

Berkemauan membina dan mengembangkan bahasa

Ø  Sikap terhadap bahasa dan berbahasa

          Dari ciri-ciri diatas, juga merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan mahasiswa dan guru untuk menghadirkan dirinya sebagai orang yang memiliki kesadaran berbahasa. Untuk menanamkan rasa memiliki bahasa, orang harus bertitik tolak dari anggapan bahwa bahasa adalah miliknya pribadi. Jika bahasa dianggap sebagai milik pribadi maka konsekuensinya kita wajib memeliharanya. Mahasiswa harus ikut serta memakai bahasa secara tertib. Dalam buku yang berjudul Sosiolinguistik dari Mansoer Pateda (Bab III;hal.31) ada 2 macam partisipasi dalam pembinaan bahasa, yaitu partisipasi formal dan partisipasi informal. Seseorang telah hati-hati bicara atau menulis sehingga bahasanya terpelihara, tidak ada kesalahan dari segi kaidah bahasa. Partisipasi ini disebut partisipasi informal. Ada pula yang dinamakan dengan pastisipasi formal, ialah kegiatan pembinaan bahasa melalui pertemuan formal. Contohnya : ikut berpatisipasi dalam forum diskusi, seminar, dan sebagainya yang berkaitan dengan berbahasa.
           Bagaimana pun kita harus menggalakkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara terus-menerus. Para guru, dosen, dan mahasiswa sebagai ujung tombak pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah atau di kampus untuk menumbuhkan kesadaran agar bahasa Indonesia terpelihara oleh pemakainya. Tugas yang sangat terhormat tentunya, sebagai bentuk kesetiaan untuk memelihara Bahasa Indonesia sebagai pusaka dan amanah yang abadi.

Daftar Pustaka
1. Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Angkasa Anggota IKAPI. Bandung.

Sabtu, 28 April 2012

Kesan dan pesan belajar bersama Bu dosen Isna Sulastri

Kesan Pertama adalah em enak ,dan jadi tahu yang tidak tahu .Selanjutnya Kita lihat aja Nanti .Tentunya jadi pengen bisa berbahasa dengan baik dan benar.atas motivasinya yang saya rasakan  .Pesannnya .Terus motivasi kami ya bu. !